MedanBisnis - Jakarta. Meningkatnya kebutuhan energi setiap tahunnya dan terbatasnya bahan bakar fosil membuat banyak negara beralih menggunakan thorium. thorium sendiri merupakan salah satu jenis nuklir yang dianggap memiliki keunggulan dibandingkan alternatif energi lainnya. |
Menteri Perindustrian, Saleh Husin menilai thorium dapat digunakan sebagai bahan baku pembangkit listrik untuk mendukung program 35.000 Mega Watt (MW) yang dicanangkan pemerintah. Thorium dianggap lebih efisien dalam penggunaannya. Untuk memenuhi kebutuhan listrik 1 Giga Watt per tahun misalnya hanya dibutuhkan 7 ton thorium. Jika dibandingkan dengan penggunaan batu bara pada kebutuhan yang sama maka dibutuhkan 3,5 juta sampai 4 juta ton batu bara, sedangkan dengan uranium membutuhkan 200 sampai 250 ton. Selain itu, penggunaan thorium juga lebih efisien hingga 90% jika dibandingkan batu bara sebesar 70%. "Namun dengan thorium, kebutuhan tersebut dapat dipenuhi hanya dengan volume sebesar 7 ton. Thorium merupakan limbah radioaktif yang hanya ditimbun dan belum dimanfaatkan sebagai hasil pemurnian dari timah, monazite, titanium, dan zirkon. Padahal thorium dapat digunakan sebagai bahan baku energi dengan efisiensi sebesar 90%," jelas Saleh Husin pada seminar Thorium sebagai Sumber Daya Revolusi Indonesia di Kementerian Perindustrian, Jakarta Selatan, Selasa (24/5). Pihaknya berharap agar pemanfaatan thorium sebagai sumber energi alternatif dapat mulai dikembangkan. Kehadiran Pembangkit Listrik Tenaga Thorium juga dapat menghasilkan energi listrik dengan biaya yang lebih murah dan jauh lebih besar. "Dengan demikian PLT Thorium lebih unggul daripada PLTU batu bara dengan biaya produksi yang lebih murah, dibangun dengan lebih cepat, lebih aman, lebih ramah lingkungan, jauh lebih efisien, dan mempunyai kapasitas jauh lebih besar bila dibandingkan dengan sumber energi yang lain," terang Saleh. Risiko yang ditimbulkan dari penggunaan thorium sebagai alternatif energi juga sangat kecil, yaitu 90 mortalitas/triliun-kWh. Sedangkan penggunaan batu bara menyumbang angka kematian hingga 100.000 mortalitas/triliun-kWh. Jika dibandingkan dengan sumber energi lainnya, risiko penggunaan thorium jauh lebih aman dan ramah lingkungan. "Sedangkan batu bara yang berkontribusi sebesar 50% kebutuhan dunia memiliki dampak angka mortalitas manusia yang sangat besar, 100.000 mortalitas/triliun-kWh. Begitu pula dengan minyak sebesar 36.000 mortalitas/triliun-kWh dan gas alam sebesar 4.000 mortalitas/triliun-kWh," tutur Saleh. Potensi Thorium dalam negeri banyak tersebar di berbagai wilayah Indonesia mulai dari Bangka Belitung, Batam, Sulawesi Barat, hingga Kalimantan Barat dengan jumlah mencapai 140.000 ton. Jumlah tersebut dinilai mampu mengaliri kebutuhan listrik Indonesia hingga mengekspor energi listrik ke negara tetangga. (dtf) |
Komentar
Posting Komentar